24 November 2008

Menjadi manusia pembelajar

Menjadi manusia pembelajar adalah menjadi manusia yang senantiasa punya kesadaran bahwa dirinya "tidak tahu apa-apa ". sehingga ketika seseorang mendeklarasikan dirinya bahwa " ia seorang manusia pembelajar " maka ia harus sudah mempersiapkan segenap jiwa raganya untu mencari, mencari dan mencari ilmu serta harus siap pula untuk menerima ilmu itu dari siapapun, tanpa kecuali. Dan hal ini, nampaknya sederhana padahal sesungguhnya, untuk sampai ketarap ini maka manusia harus punya sikap rendah hati yang luar biasa. Karena tanpa sikap yang rendah hati maka manusia tidak akan mampu memnjadi manusia pembelajar sejati.

Apakah kita akan mampu mendengarkan ilmu dari seorang yang "level"nya, katakanlah berada di bawah kita, misalnya : murid kita, pembantu kita, tukang kebun kita, supir kita. Atau apakah kita akan mampu mendengarkan mutiara ilmu dari seseorang yang kita benci atau kita anggap musuh kita ? Bukankah itu memerlukan pengorbanan yang luar biasa dari kita. Hanya jiwa yang besarlah yang akan mampu bersikap rendah hati untuk menerima ilmu itu dari siapapun.

Menjadu manusia pembelajar juga harus selalu mempersiapkan tenaga baik secara fisik maupun ketangguhan jiwa yang luar biasa. Karena ilmu bisa berada di mana saja, dari mulai yang dekat sampai yang sangat jauh sekali. Misal, bagaimana seorang sahabat nabi yang mulia, yang sudah memiliki jiwa pembelajar yang agung, yang jiwanya sudah diterangi oleh Nur Illahi , hanya untuk mendapatkan sebaris hadist ia rela berjalan menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer jauhnya, yang ditempuh tidak hanya mingguan tapi juga bulanan bahkan tahunan,dan itu juga melewati gurun-gurun yang tandus dan berbahaya, subhanallah !

Menjadi manusia pembelajar juga harus mempunyai eskra kesabaran yang luar biasa ! Hanya orang-orang yang memiliki jiwa yang sabarlah yang akan masuk pada pembelajar sejati. Tanpa kesabaran maka kita tidak akan mampu menjadi pembelajar sejati !

Menjadi manusia pembelajar hakikatnya adalah menjadi manusia yang mampu mengosongkan dirinya dari sifat-sifat yang rendah, seperti sombong, tinggi hati, tidak jujur.
ANGKET
TINGKAT KEPUASAAN BELAJAR SISWA
KELAS 9 A SMPN 3 KARANGNUNGGAL
“ DALAM PEMBELAJARAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI PIRING PLASTIK “

Kelas : ………. Mata Pelajaran : …………….
Kode : ………. Jenis Kelamin : L / P
Berilah cek list (√ ) untuk jawaban yang kalian pilih pada kotak yang tersedia !

1. Selama mengikuti pembelajaran Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, bagaimana perasaanmu ?
Senang Biasa saja Susah

2. Sampaikan pendapat atau harapanmu tentang media piring plastik sebagai pengganti Cakram,…
a. Bisa diteruskan, dengan alasan,…
Memudahkan belajar
Selama belum ada cakram yang sesungguhnya
b. Jangan diteruskan, dengan alasan,…
Menyusahkan belajar
Segera harus diganti

3. Apakah penggunaan piring plastik sebagai pengganti Cakram, tanggapanmu ?
Menyusahkan belajar
Biasa-biasa saja
Memudahkan belajar
4. Bagaimana pendapatmu tentang perintah atau tugas-tugas selama proses pembelajaran berlangsung ?
Mudah
Biasa-biasa saja
Susah
Karangnunggal, …….. ….2008






LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DAN SISWA
( Tindakan 1)
Nama Sekolah : Mata Pelajaran :
Nama Guru : Kelas :
Hari / Tgl : Konsep :
Jam Ke : Sub Konsep :
RPP ke :

KATEGORI PENGAMATAN
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA
1. Melakukan apersepsi
2. Memberi motivasi
3. Pemanasan
4. Menjelaskan
5. Mendemonstrasikan
6. Menugaskan
7. Memberikan bimbingan / berkeliling
8. Melakukan Penilaian : Observasi / Tes (praktik dan kognitif)
9. Menutup pelajaran : Refleksi 1. Mendengarkan penjelasan guru
2. Melaksanakan tugas
3. Tes Praktik
4. Menjawab pertanyaan



Keterlaksanaan setiap fase pada pembelajaran Lempar Cakram
No Fase Pelaksanaan
Tuntas Tdk. Tuntas Tdk.Terlaksana
1 Penjelasan
2 Demonstrasi
3 Penugasan
4 Tes
5 Refleksi




Aktivitas guru pada 5 menit ke,….
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Aktif
%














No Nama Aktivitas siswa 5 menit ke,…..
1 / 10 2 / 11 3 / 12 4 / 13 5 / 14 6 / 15 7 / 16 8 / 17 9 / 18 Aktif
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Karangnunggal, ………….. 2008

Observer


(…………………)




















































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
NO 1 dan 2

Sekolah : SMP Negeri 3 Karangnunggal
Mata Pelajaran : Penjaskes
Kelas/Semester : 9A/ 2
Standar Kompetensi : Mempraktikan berbagai teknik dasar ke dalam permainan dan olahraga , serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar : Mempraktikan teknik dasar serta nilai-nilai toleransi , percaya diri , keberanian keselamatan, berbagi tempat dan peralatan
Indikator :
 Mampu mendemonstrasikan Lempar Cakram Gaya Memutar menggunakan teknik dasar memegang , melempar cakram dan sikap akhir
 Menunjukan nilai-nilai toleransi, percaya diri, keberanian, keselamatan , berbagi tempat

A. Tujuan Pembelajaran
 Siswa bisa mendemontrasikan lempar cakram Gaya Memutar menggunakan teknik dasar memegang, melempar cakram dan sikap akhir dengan
 Siswa mampu mempraktikan nilai-nilai toleransi , percaya diri, keberanian, keselamatan, berbagi tempat dan peralatan

B. Materi Pembelajaran
Lempar Cakram Gaya Memutar

C. Metode Pembelajaran
 Inclusive (Cakupan )
 Demonstrasi
 Part and whole (bagian dan keseluruhan)
 Resiprocal (timbal balik)

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan ke 1

Pendahuluan
 Berbaris , berdo’a, presensi dan pemanasan
 Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti
 Siswa melakuan latihan teknik dasar awalan, langkah memutar, melempar dan sikap akhir
 Latihan mendemonstrasikan lempar cakram gaya memutar dengan menggunakan teknik dasar memegang, cara melempar, dan sikap akhir

Penutup
 Evaluasi proses pembelajaran, pendinginan berdo’a , bubar

Pertemuan ke 2


Pendahuluan
 Berbaris , berdo’a, presensi dan pemanasan
 Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti
 Siswa melakuan latihan teknik dasar awalan, langkah memutar, melempar dan sikap akhir
 Latihan mendemonstrasikan lempar cakram gaya memutar dengan menggunakan teknik dasar memegang, cara melempar, dan sikap akhir

Penutup
 Evaluasi proses pembelajaran, pendinginan berdo’a , bubar

E. Alat dan Sumber Belajar

 Ruang terbuka/ lapangan olahraga
 Cakram
 Piring Plastik
 Buku Teks
 Peluit
 Bendera
 Meteran
 Buku referensi

F. Penilaian
1. Teknik Penilaian
 Tes Unjuk Kerja (Psikomotor)
 Pengamatan sikap (afeksi)
 Pengetahuan (kognitif)

2. Rubrik Penilaian

a. Unjuk Kerja (Psikomotor)

Aspek yang Dinilai Skor
1. Teknik Dasar Awalan
 Sempurna
 Kurang Sempurna
 Tidak sempurna
2. Gerakan Langkah memutar
 Sempurna
 Kurang Sempurna
 Tidak sempurna
3. Mempraktikan lemparan
 Sempurna
 Kurang Sempurna
 Tidak sempurna
4. Sikap Akhir
 Sempurna
 Kurang Sempurna
 Tidak sempurna
3
2
1

3
2
1

3
2
1

3
2
1
Jumlah Skor Maksimal
Nilai Psikomotor = Jumlah skor yang diperoleh x 10
Jumlah skor maksimal



b. Nilai Efektif

Prilaku yang diamati Skor
Menunjukan nilai-nilai :
Toleransi, percaya diri, keberanian, keselamatan, berbagi tempat dan peralatan
 Sempurna
 Kurang sempurna
 Tiak sempurna



3
2
1

Jumlah Skor Maksimal

Nilai efektif = Jumlah skor yang diperoleh x 10
Jumlah skor maksimal

c. Nilai Kognitif

Pertanyaan yang diajukan Skor
Jelaskanlah urutan gerakan langkah memutar dalam lempar cakram gaya memutar
 Sempurna
 Kurang sempurna
 Tidak sempurna


3
2
1

Jumlah Skor Maksimal

Nilai kognitif = Jumlah skor yang diperoleh x 10
Jumlah skor maksimal

Nilai akhir yang diperoleh siswa ………..

Catatan : Nilai psikomotor 50%
Afektif : 30%
Kognitif : 20%

Karangnunggal, ………………2008
Mengetahui
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran



N U N U H, S.Pd Tantan Suhartana, M.Pd
NIP. 131 399 868 NIP. 132 165 689

kata pengantar &daftr isi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah , puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi berbagai kenikmatan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan Karya Tulis, berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, tepat sesuai dengan target.
Permasalahan yang timbul dalam keseharian ketika penulis mengajar, memberikan inspirasi bagi terlaksananya Penelitian Tindakan Kelas ini.
Dengan segala keterbatasan dan wawasan yang penulis miliki, penulis sangat sadar sekali bahwa Karya Tulis sederhana ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak bagi perbaikan penulisan sejenis kedepannya.
Dan kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, terutama kepada keluarga tercinta, istri dan anak tercinta, yang terus menerus menjadi motivator dan inspirator kebaikan dan kemuliaan. Semoga mereka menjadi hamba-hamba Allah SWT yang istiqamah, dan kepada sahabat-sahabat semoga kebaikan sahabat di balas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.
Terakhir, penulis berharap bahwa karya tulis sederhana ini bisa memberi inspirasi kepada semua pihak terutama sahabat-sahabat saya, guru penjas orkes di manapun, yang kebetulan membaca karya tulis ini. Amin.
Karangnunggal, Pebruari 2008

Hormat

Penulis
















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 2
1.3. Pemecahan Masalah …………………………………………………… 2
1.4. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus ……………………………………. 3
1.5. Manfaat ……………………………………………………………….. 3

BAB II KAJIAN TEORI …………………………………………………. 4
2.1. Belajar …………………………………………………………………. 4
2.2. Efektivitas Belajar …………………………………………………….. 5
2.3. Media Belajar …………………………………………………………. 6

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat, Waktu dan Jumlah Siswa …………………………………….. 7
3.2. Indikator Efektivitas belajar …………………………………………… 7
3.3. Gambaran Umum Penelitian …………………………………………… 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ………………………………………………………… 11
4.2. Pembahasan ……………………………………………………………. 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………. 18
5.2. Saran …………………………………………………………………... 19

DAFTAR PUSTAKA
JUDUL-JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MATA PELAJARAN PENJAS ORKES
GURU BID. STUDI : TANTAN SUHARTANA, M.Pd

1. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SPIKE DENGAN METODE INKLUSIVE DAN BOLA GANTUNG PADA BOLA VOLI
(PTK di Kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal – Kab. Tasikmalaya )
2. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH DENGAN METODE INKLUSIVE DAN BOLA KARET PADA PEMBELAJARAN BOLA VOLI
(PTK di Kelas 7A , SMP Negeri 3 Karangnunggal )
3. EFEKTIVITAS MEDIA INDOOR LONG JUMP DALAM PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH
(PTK di Kelas 8A SMP Negeri 3 Karangnunggal)
4. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS DENGAN MENGGUNAKAN BOLA KARET PADA PEMBELAJARAN BOLA VOLI
(PTK di Kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal – Kab. Tasikmalaya)
5. PENGGUNAAN KARET PEMBATAS DAN BOLA KARET DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU
(PTK di Kelas 8 A SMP Negeri 3 Karangnunggal )
6. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKTIVITAS RITMIK DENGAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA
(PTK di Kelas 8A SMP Negeri 3 Karanngnunggal – Kab. Tasikmalaya )
7.
DAFTAR PUSTAKA



Sudrajat, Ahkmad (2007). Media Pembelajaran. Artikel.http://ahkmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/media-pembelajaran/

Surya, Mohamad (2004). Psikologi Pembelajaran & Pengajaran. Bandung. Pustaka Bani Quraisy.

Rivai, H Veithzal ( ) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar Mahasiswa. www.depdiknas.go.id/jurnal/29/faktor,htm+efektivitas+belajar&hl=id
UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI PIRING PLASTIK
( PTK di Kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal – Kab. Tasikmalaya )























DISUSUN OLEH :
TANTAN SUHARTANA, M.Pd
NIP. 132 165 689














PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 KARANGNUNGGAL
2008

cover PTK

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI PIRING PLASTIK
( PTK di Kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal – Kab. Tasikmalaya )























DISUSUN OLEH :
TANTAN SUHARTANA, M.Pd
NIP. 132 165 689














PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 KARANGNUNGGAL
2008

PTK Penjaskes bab 5

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil temuan, analisis data dan refleksi pada setiap siklus serta pembahasan yang telah disajikan dalam bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan kesimpulan dan saran, sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Efektivitas Belajar Lempar Cakram dengan Menggunakan Media Modifikasi Piring Plastik , PTK di Kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal – Kab. Tasikmalaya “ menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik di kategorikan aktif. Dan setelah dilakukan siklus kedua, aktivitas siswa mengalami peningkatan keaktifan rata-rata sebesar 75% . Kalau mengacu pada Indikator Keaktifan Siswa maka besaran keaktifan sebesar 75% termasuk kriteria Aktif.
Kedua, bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus pertama mencapai tingkat pencapaian 95%, sedangkan pada siklus kedua setelah melakukan treatment pada proses pembelajaran, aktivitas guru mencapai 100%. Ini berarti ada kenaikan aktivitas guru sebesar 5%, sehingga rata-rata aktivitas guru pada dua siklus mencapai 97,5%.
Mengacu pada Indikator Aktivitas Guru , besaran angka 97,5% termasuk kriteria Sangat Aktif.
Ketiga rata-rata Ketuntasan Belajar untuk aspek Awalan mencapai 97,5% putra dan putri mencapai 75%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Awalan pada Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri.
Rata-rata ketuntasan belajar untuk aspek Cara Melempar mencapai 85% putra dan putri mencapai 70%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Cara Melempar pada Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan Efektif untuk putri.
Rata-rata Ketuntasan Belajar untuk aspek Sikap Akhir mencapai 85% putra dan putri mencapai 72,5%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Sikap Akhir pada Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan Efektif untuk putri.
Keempat, respon siswa mengacu pada Indikator Respon Siswa, maka rata-rata tingkat respon siswa 85%, mempunyai kriteria Sangat Puas.

5.2. Saran
a. Umum
1). Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian sederhana yang sangat gampang dilakukan, karena berangkat dari pekerjaan kita sehari-hari, yaitu mengajar !
2). Agar mampu melakukan PTK, laksanakan dengan rumus 3M : Memulai ! Memulai ! dan Memulai !
3). Milikilah segera kepribadian guru professional sebagai berikut :
 Gemar menambah wawasan dengan : membaca buku, ikut seminar, diskusi, work shop atau temu ilmiah lainnya, surfing di internet untuk menemukan jurnal-jurnal penelitian,
 Fokus pada pekerjaan !
 Menikmati dan mencintai pekerjaan dengan cara : menganggap sekolah adalah rumah kita ! siswa adalah anak-anak kita ! rekan kerja sebagai saudara-saudara kita ! kelas adalah ruangan belajar kita ! Materi pelajaran anggap saja makanan yang renyah, seperti pop corn !
4). Motokan bahwa Bekerja adalah ibadah !

b. Khusus
1) Perencanaan dan persiapan penelitian harus dilakukan sedetail mungkin
2). Kolaborator sebagai pendamping pengamat sebaiknya yang sesuai dengan mata pelajaran yang di-PTK-kan agar memahami permasalahan.
3). Dalam hal Penulisan : pada awal menulis menirulah dulu ! Setelah itu anda akan menemukan sendiri jalannya !

PTK Penjaskes bab 4

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian
Setelah melakukan dan menyelesaikan 2 siklus penelitian , peneliti bersama rekan guru yang bertindak sebagai kolaborator yang melakukan pengamatan, melakukan diskusi dan refleksi, maka di dapat hasil seperti terlihat pada Tabel 6

Tabel 6
Hasil Tiap Aspek pada Tindakan 1

No Aspek
Penelitian Siklus Penelitian
Tindakan 1 Refleksi
1 Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Cakram 70 % Perlu ditingkatkan dengan berbagai formasi dan permainan
2 Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Cakram 95 % Perlu ditingkatkan dengan melihat kembali RPP
3 Hasil Belajar siswa Awalan Pa 95% Perlu ditingkatkan kembali terutama putri yang harus mendapat perhatian lebih, terutama pada aspek cara melempar dan sikap akhir : porsi mengulang di tambah untuk putri
Pi 70%
Cara Melempar Pa 80%
Pi 60%
Sikap Akhir Pa 80%
Pi 65%

Tabel 7
Hasil Tiap Aspek pada Tindakan 2
No Aspek
Penelitian Siklus Penelitian
Tindakan 2 Refleksi
1 Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Cakram 80 % Cukup
2 Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Cakram 100% Cukup
3 Hasil Belajar siswa Awalan Pa 100% Ada peningkatan, bagi yang belum bisa menuntaskan belajar, di beri remedial
Pi 80%
Cara Melempar Pa 90%
Pi 80%
Sikap Akhir Pa 90%
Pi 80%
4 Respon siswa terhadap proses Belajar Lempar Cakram 85% Cukup

Tabel 8
Hasil Tiap Aspek Selama 2 Siklus
No Aspek
Penelitian Siklus
1 Siklus
2 Pening
katan
1 Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Cakram 70 % 80 % 10%

2 Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Cakram 95% 100 % 5%
3 Hasil Belajar siswa Awalan Pa 95% 100% 5%
Pi 70% 80% 10%
Cara Melempar Pa 80% 90% 10%
Pi 60% 80% 20%
Sikap Akhir Pa 80% 90% 10%
Pi 65% 80% 15%
4 Respon siswa terhadap proses
belajar Lempar Cakram - 85% 85%

4.2. Pembahasan
4.2.1. Aktivitas Siswa dalam Belajar Lempar Cakram
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa pada siklus penelitian dengan 2 siklus penelitian pada proses pembelajaran Lempar Cakram menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua seperti terlihat pada Tabel 8
Tabel 9
Aktivitas Siswa
Nomor Siklus Penelitian
Tindakan Aktivitas
1 Pertama 70 %
2 Kedua 80 %
Rata-rata 75%
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada dua siklus penelitian pada pembelajaran Lempar Cakram dengan piring plastik menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua seperti terlihat pada Tabel 9.
Dari Tabel 9 di atas, terlihat bahwa siklus pertama aktivitas siswa mencapai 70%, kemudian pada siklus kedua mencapai 85% ini berarti ada peningkatan 15% setelah ada treathment atau perbaikan pada siklus kedua, sehingga rata-rata keaktifan siswa selama dua siklus adalah 75%. Mengacu pada Indikator Keaktifan Siswa pada Tabel 2, kisaran angka 75% memiliki kriteria Aktif. Dengan kata lain, siswa selama mengikuti pembelajaran Lempar Cakram dengan media modifikasi piring plastik bergerak aktif baik saat mendapat tugas dari guru atau pun inisiatif sendiri.

4.2.2. Aktivitas Guru Dalam Mengajar Lempar Cakram

Tabel 10
Aktivitas Guru
Nomor Siklus Penelitian
Tindakan Aktivitas
1 Pertama 95 %
2 Kedua 100 %
Rata-rata 97,5%

Berdasarkan hasil pengamatan oleh rekan guru aktivitas guru dalam mengajar Lempar Cakram dengan media modifikasi piring plastik mengalami kenaikan aktivitas.
Pada Tabel 10 nampak bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus pertama mencapai tingkat pencapaian 95%, sedangkan pada siklus kedua setelah melakukan treatment pada proses pembelajaran, aktivitas guru mencapai 100%. Ini berarti ada kenaikan aktivitas guru sebesar 5%, sehingga rata-rata aktivitas guru pada dua siklus mencapai 97,5%.
Mengacu pada Indikator Aktivitas Guru pada Tabel 3, besaran angka 97,5% termasuk kriteria Sangat Aktif. Ini artinya guru dalam mengajar betul-betul sesuai dengan skenario pembelajaran atau RPP.



4.2.3 Hasil Belajar
Tabel 11
Hasil Belajar Siswa
No Siklus Penelitian Aspek Jenis
Kelamin Ketuntasan Belajar
1 Pertama Awalan Pa 95%
Pi 70%
Cara Melempar Pa 80%
Pi 60%
Sikap Akhir Pa 80%
Pi 65%
2 Kedua Awalan Pa 100%
Pi 80%
Cara Melempar Pa 90%
Pi 80%
Sikap Akhir Pa 90%
Pi 80%

Berdasarkan hasil tes praktik yang dilakukan kepada siswa, dari mulai awalan, cara melempar, dan sikap akhir Lempar Cakram, pada akhir siklus ternyata mendapat kenaikan.
Dari Tabel 11 terlihat bahwa untuk siklus pertama hasil tes praktik Awalan mencapai, putri 70%, dan putra 95%. Ini artinya, ada sebanyak 12 orang siswa putri yang mampu menuntaskan pembelajaran dari 17 orang, dan ada 17 orang siswa putra yang mampu menuntaskan pembelajaran dari 18 orang.
Masih pada siklus pertama, hasil tek praktik cara melempar mencapai, putri 60% dan putra 80%. Ini artinya, ada sebanyak 10 orang putri yang mampu menuntaskan pembelajaran, dan 14 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran.
Dari siklus pertama, hasil tes praktik sikap akhir mencapai 65% putri, dan 80% putra. Ini artinya ada 11 orang putri yang mampu menuntaskan pembelajaran, dan ada 14 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran.
Pada siklus kedua dari Tabel 10 terlihat ada peningkatan pada tes praktik tiap aspek. Pada tes praktik awalan mencapai 100% putra, dan 80% putri. Ini berarti bahwa ada 18 orang siswa yang mampu menuntaskan pembelajarannya, artinya untuk putra semua siswa mampu menuntaskan pembelajarannya, dan untuk putri ada 14 orang yang mampu menuntaskan pembelajarannya.
Pada tes praktik cara melempar terlihat mencapai 90% putra dan 80% putri. Ini berarti ada sebanyak 16 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran, dan 14 orang siswa putrid yang mampu menuntaskan pembelajaran.
Sementara pada tes praktik sikap akhir persentase mencapai 90% putra dan 80% untuk putrid. Ini artinya bahwa ada 16 orang putra yang mampu menuntaskan pembelajaran , dan ada 14 orang putri yang mampu menuntaskan pembelajaran.
Aspek Awalan pada siklus pertama mencapai 95% putra, dan 70% untuk putri, sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 100% dan putri 80%. Ada kenaikan 5% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 20% untuk putri, dan rata-rata ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 97,5% putra dan putri mencapai 75%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Awalan pada Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri.
Aspek Cara Melempar pada siklus pertama mencapai 80% putra, dan 60% untuk putri, sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 90% dan putri 80%. Ada kenaikan 10% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 20% untuk putri, dan rata-rata ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 85% putra dan putri mencapai 70%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Cara Melempar pada Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri.
Aspek Sikap Akhir pada siklus pertama mencapai 80% putra, dan 65% untuk putri, sedangkan pada siklus kedua putra mencapai 90% dan putri 80%. Ada kenaikan 10% untuk putra dan ada lonjakan kenaikan 15% untuk putri, dan rata-rata ketuntasan belajar untuk aspek Awalan mencapai 85% putra dan putri mencapai 72,5%. Mengacu pada Indikator Hasil Belajar Siswa pada Tabel 1, persentase tersebut menunjukan bahwa pembelajaran Sikap Akhir pada Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, berkategori Sangat Efektif untuk putra dan efektif untuk putri.



4.2.4. Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran
Berdasarkan angket respon, yang disebarkan kepada siswa setelah selesai pelaksanaan pembelajaran siklus kedua, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya siswa kelas 9A bersikap positif terhadap proses pembelajaran Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik , seperti terlihat pada Tabel 11

Tabel 12
Respon (Tingkat Kepuasan Belajar ) Siswa

No Pertanyaan Jawaban
1. Selama mengikuti pembelajaran Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, bagaimana perasaanmu ?
a. Senang
b. Biasa-biasa saja
c. Tidak senang


85%
10%
5%
2. Apakah penggunaan piring plastik sebagai pengganti Cakram, tanggapanmu ?
a. Menyusahkan belajar
b. Biasa-biasa saja
c. Memudahkan belajar

5%
10%
85%
3 Sampaikan pendapat atau harapanmu tentang media piring plastik sebagai pengganti Cakram,…
a. Bisa diteruskan, dengan alasan,…
1). Memudahkan belajar
2). Selama belum ada cakram yang sesungguhnya
b. Jangan diteruskan, dengan alasan
1). Menyusahkan belajar
2). Segera harus diganti

90%
80%
10%
10%
2%
8%
4 Bagaimana pendapatmu tentang perintah atau tugas-tugas selama proses pembelajaran berlangsung ?
a. Mudah
b. Biasa-biasa saja
c. Susah

80%
10%
10%

Dari Tabel 12 dapat dinyatakan bahwa siswa yang merasa senang dengan pembelajaran Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik 85%, sedangkan yang menyatakan biasa-biasa saja 10%, dan merasa tidak senang 5%. Kondisi ini berarti, bahwa sebagian besar siswa menikmati proses pembelajaran Lempar Cakram dengan media modifikasi piring plastik. Dalam kaitannya dengan fungsi piring plastik sebagai pengganti Cakram sesungguhnya ditanggapi positif oleh siswa, dengan pernyataan bahwa sebanyak 85% menyatakan piring plastik memudahkan dalam proses pembelajaran Lempar Cakram, sebanyak 10% menyatakan biasa-biasa saja, dan hanya sebesar 5% yang merasa disusahkan.
Ketika dimintai tanggapan tentang kelanjutan pembelajaran Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, sebagian besar siswa menyatakan bisa dilanjutkan 90%, dengan alasan memudahkan belajar 80%, dan selama cakram belum ada 10%, sementara siswa yang menyatakan jangan diteruskan sebanyak 10%, dengan alasan menyusahkan pembelajaran sebesar 2%, dan sisanya 8% menyatakan harus segera diganti.
Lalu terkait dengan perintah atau tugas-tugas selama proses pembelajaran berlangsung, tanggapanya juga sebagian besar positif, yaitu 80% menyatakan mudah, 10% menyatakan biasa-biasa saja, dan yang menyatakan susah hanya sebesar 10%.
Mengacu pada Indikator Respon (Tingkat Kepuasan Belajar) Siswa, maka rata-rata tingkat respon siswa 85%, mempunyai kriteria Sangat Puas. Kriteria ini menggambarkan bahwa siswa betul-betul merasa enjoy dan sangat menikmati pembelajaranya.

PTK Penjaskes bab 3

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat, Waktu Penelitian dan Jumlah Siswa

3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Efektivitas Belajar Lempar Cakram dengan Media Modifikasi Piring Plastik “ ini dilaksanakan di kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal, Jl. Raya Cidadap Ds. Sarimukti Kec. Karangnunggal – Kab. Tasikmalaya.

3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari mulai 11 s.d 29 Pebruari 2008

3.1.3. Jumlah Siswa
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal dengan jumlah siswa putri 17 orang dan putra 18 orang, jadi jumlah total 35 orang siswa.

3.2. Indikator Efektivitas Belajar
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengukur sejauhmana efektivitas belajar Lempar Cakram dengan menggunakan media modifikasi piring plastik, indikator dari efektivitas belajar adalah meningkatnya hasil belajar siswa (Rivai: ), dengan kata lain bahwa untuk melihat efektif tidaknya sebuah proses pembelajaran bisa dilihat dari pencapaian hasil pembelajarannya. Berikut ini Tabel 1 Indikator Hasil Belajar Siswa.

Tabel 1
Indikator Hasil Belajar Siswa

No Aspek Ketuntasan Belajar Kriteria
1 Awalan 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19% Sangat Efektif
Efektif
Cukup efektif
Kurang efektif
Tidak efektif
2 Cara Melempar 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19% Sangat Efektif
Efektif
Cukup efektif
Kurang efektif
Tidak efektif
3 Sikap Akhir 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19% Sangat Efektif
Efektif
Cukup efektif
Kurang efektif
Tidak efektif

Tabel 2
Indikator Keaktifan Siswa

No Aspek Keaktifan Siswa Kriteria
1 Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Cakram 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19% Sangat Aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif

Tabel 3
Indikator Aktivitas Guru

No Aspek Keaktifan Guru Kriteria
1 Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Cakram 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19% Sangat Aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif

Tabel 4
Indikator Respon (Tingkat Kepuasan Belajar) Siswa

No Aspek Tingkat Kepuasaan Belajar Siswa Kriteria
1 Respon siswa terhadap proses Belajar Lempar Cakram 80 - 100%
60 – 79%
40 – 59%
20 – 39%
0 – 19% Sangat Puas
Puas
Cukup Puas
Kurang Puas
Tidak Puas



3.3. Gambaran Umum Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus penelitian. Setiap siklus penelitian terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi

a. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 5
Teknik Pengumpulan Data
No Sumber Data Jenis Data Teknik
Pengumpulan Data Instrumen
1 Siswa Aktivitas siswa dalam belajar Lempar Cakram Observasi
Pedoman Observasi
2 Guru Aktivitas guru dalam mengajar Lempar Cakram Observasi
Pedoman observasi
3 Siswa
Hasil Belajar siswa Tes Siswa melakukan awalan, cara melempar, sikap akhir
4 Siswa Respon siswa (tingkat Kepuasan Belajar) terhadap proses Belajar Lempar Cakram Penyebaran angket Angket kepuasan belajar siswa

b. Rencana Penelitian
Rencana yang disusun untuk penelitian ini , diawali dengan kegiatan studi awal, refleksi awal, pelaksanaan siklus penelitian, dan penarikan kesimpulan.

Berikut gambar alur pelaksanaan penelitian :
































PELAKSAANAN SIKLUS
PENELITIAN
Siklus 1





Siklus 2






Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian

PTK Penjaskes bab 2

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran. Apakah pembelajaran itu ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya di kemukakan sebuah definisi dari pembelajaran “ Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya “ (Surya:2004). Menurut Surya (2004) lebih lanjut bahwa ada beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut di atas ialah :
Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : (a) perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan, keterampilan, dan ia lebih yakin terhadap dirinya. (b). Perubahan bersifat kontinyu (berkesinambungan) Artinya suatu perubahan yang terjadi, meyebebkan terjadinya perubahan perilaku yang lain. (c). Perubahan bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. (d) perubahan bersifat positif, artinyaterjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu (e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu terjadi dengan sednirinya, akan tetapi memlalui aktivitas individu. (f). Perubahan yang bersifat permanent (menentap) , artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tetentu. (g). Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan yang akan dicapai.
Kedua, Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilkau sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan.
Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akandi capai. Peinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.

2.2. Efektivitas Belajar
Efektivitas merupakan aspek penting dalam berbagai bentuk kegiatan, karena efektivitas merupakan cerminan dari tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Rivai dengan mengutip Exzioni (1964) menuliskan bahwa efektivitas adalah sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya.
Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Disamping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasaan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1977 dikutip oleh Rivai). Masih dari Rivai dengan mengutip Prokovenko (1987) dan Miskel (1992) dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting kerena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasaran atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai atau tingkat pencapaian tujuan.
Dan dalam kaitannya dengan efektivitas belajar Rivai ( ), mengatakan bahwa efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapain tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.
Menurut Rivai aspek-aspek yang meliputi efektivitas belajar adalah :
1). Peningkatan pengetahuan
2). Peningkatan keterampilan
3). Perubahan sikap
4). Prilaku
5). Kemampuan adaptasi
6). Peningkatan integrasi
7). Peningkatan partisipasi
8). Peningkatan interaksi cultural

2.3. Media Belajar
Media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti, perantara atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli yang dikutip Sudrajat memberikan definisi tentang media pembelajaran diantaranya, schram (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara, Briggs(1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/ materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurka pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dam kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam kaitanya dengan efektivitas belajar Brown (1973) yang juga dikutip Sudrajat mengengkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi tehadap efektivitas pembelajaran.
Lebih lanjut Sudrajat (2007) menuliskan tentang beberapa fungsi media diantaranya : (1). Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh peserta didik tentang suatu objek, disebabkan : (a). objek terlalu besar; (b). objek terlalu kecil; (c). objek yang bergerak terlalu lambat; (d). objek yang bergerak terlalu cepat; (e). objek yang terlalu komplek; (f). objek yang bunyinya terlalu halus; (g). objek mangandung bajaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan nedia yang tepat, maka semua objek dapat disajikan kepada peserta didik. (2). Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; (3). Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; (4). Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan yang bastrak.

PTK Penjaskes bab 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya.
Ini pula yang terjadi pada pembelajaran Lempar Cakram di SMP Negeri 3 Karangnunggal, Kondisi nyata di sekolah, media Cakram hanya tersedia 2 buah, 1 untuk putri dan 1 untuk putra. Sementara rata-rata siswa di SMP Negeri 3 Karangnunggal berjumlah 30 – 35 orang, jadi komparasi antara jumlah Cakram dan jumlah siswa adalah 1 : 17 putra/putri. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses pembelajaran Lempar Cakram menjadi tidak efektif, dan akibatnya bahwa target kurikulum menjadi sangat rendah.
Situasi dan kondisi ini sudah berjalan cukup lama dan sekolah sampai detik ini belum bisa memenuhi sarana Cakram tersebut sampai batas yang cukup memadai atau kondisi ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 2 ( 1 cakram untuk 2 orang ). Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat urgensitas yang tinggi untuk di penuhi oleh sekolah. Sehingga menuntut sekolah untuk menyediakan Cakram sesuai dengan kondisi ideal, merupakan suatu yang tidak realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak kondusif di sekolah. Oleh karena itu perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan bisa dilakukan oleh guru.
Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram yang memang cukup mahal. Media alternatif modifikatif tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik cakram, murah, banyak tersedia atau mudah di dapat.
Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram tersebut nampaknya piring plastik bisa dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti cakram. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk cakram, dari segi ketersediaan dan harga, maka piring plastik sangat mudah sekali di dapat di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah.
Dari permasalahan tersebut di atas maka penulis menentukan judul Penelitian Tindakan Kelas ini “ Upaya Meningkatkan Efektivitas Belajar Lempar Cakram dengan Media Modifikasi Piring Plastik , Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal “

1.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

a. Rumusan Penelitian
Dari latar belakang tersebut di atas, maka Rumusan Penelitian yang diajukan adalah : Apakah media modifikasi piring plastik bisa meningkatkan efektivitas belajar Lempar Cakram di kelas 9 A SMP Negeri 3 Karangnunggal ?

b. Pertanyaan Penelitian
1). Sejauhmana aktivitas siswa kelas 9 A dalam belajar lempar cakram ?
2). Sejauhmana aktivitas guru dalam mengajar lempar cakram ?
3). Sejauhmana hasil belajar lempar cakram yang dilakukan siswa dengan media modifikasi piring plastik ?
4). Sejauhmana respon siswa terhadap pembelajaran lempar cakram dengan media modifikasi piring plastik ?

1.3. Pemecahan Masalah
Dari permasalahan tersebut di atas, sesungguhnya ada beberapa alternatif tindakan agar proses pembelajaran Lempar Cakram di kelas 9A bisa menjadi efektif , diantaranya :
a. Media modifikasi piring plastik
b. Dengan bentuk formasi pembelajaran yang variatif
c. Penyediaan cakram yang memadai dari sekolah
Maka dari beberapa alternatif pemecahan masalah belajar lempar cakram tersebut, prioritas pemecahan masalah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan ketidak efektifan belajar lempar cakram di kelas 9A, dengan cepat dan mudah adalah dengan menggunakan media modifikasi piring plastik dalam proses pembelajaran Lempar Cakram di kelas 9A SMP Negeri 3 Karangnunggal.

1.4. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas 9A , yaitu mulai tanggal 11 s.d 29 Pebruari 2008

1.5. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui sejauhmana media modifikasi piring plastik bisa meningkatkan efektivitas belajar Lempar Cakram di kelas 9 A SMP Negeri 3 Karangnunggal.

b. Tujuan Khusus
Sementara tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauhmana aktivitas siswa dalam belajar Lempar Cakram
2. Untuk mengetahui sejauhmana aktivitas guru dalam mengajar Lempar Cakram
3. Untuk mengetahui sejauhmana respon siswa terhadap pembelajaran Lempar Cakram dengan media piring plastik
4. Untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar Lempar Cakram yang dilakukan siswa dengan media modifikasi piring plastik

1.6. Manfaat

a. Bagi siswa
Siswa lebih partisipatif dalam proses pembelajaran Lempar Cakram
b. Bagi guru
Selain menambah pengalaman dalam penggunaan media belajar yang di modifikasi juga membuat pengajaran Lempar Cakram menjadi lebih efektif
c. Bagi Guru Penjas Orkes
Bisa mencoba media modifikasi piring plastik dalam pembelajaran Lempar Cakram apabila Cakram tidak tersedia dalam jumlah yang memadai, dan bisa menjadi inspirasi pengetahuan untuk menemukan media modifikasi yang lainya dalam cabang penjas lainnya.
d. Bagi sekolah
Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.

17 November 2008

kritik terhadap pelaksanaan tes kepala sekolah

MEMIMPIKAN REKRUTMEN KEPALA SEKOLAH YANG TERBUKA
by: Tantan Suhartana

Sebaiknya Anda merisaukan karakter Anda ketimbang reputasi Anda. Karakter Anda menunjukan siapa diri Anda sebenarnya, sedangkan reputasi menunjukan siapa diri Anda menurut orang lain
- Dale Carnegie -

Tulisan ini merupakan hasil refleksi Penulis setelah pertama kalinya mengikuti Seleksi Calon Kepala Sekolah di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya. Menurut hemat Penulis pola pelaksanaan Seleksi Calon Kepala Sekolah ke depan masih perlu di perbaiki dan disempurnakan agar mendekati prinsip-prinsip keterbukaan , transparansi , dan akuntabilitas.

Pola pelaksanaan seleksi yang tertutup seperti sekarang ini, seperti salah satu contoh, skor hasil tes, baik berupa tes tulis dan wawancara, yang tidak diumumkan hasilnya, sehingga tidak diketahui oleh para calon kepala sekolah, atau hasil kelulusan yang tidak di umumkan secara terbuka, misalnya melalui papan pengumuman, tapi justru melalui amplop tertutup, sehingga tidak tahu siapa yang lulus atau tidak. Bagi Penulis sendiri hal ini menimbulkan kebingungan, setidaknya dalam diri penulis timbul pertanyaan, apakah memang kemampuan Penulis yang tidak mampu bersaing sehingga tidak lulus seleksi, ataukah Penulis menjadi salah seorang “ korban “ berbagai kepentingan berbagai pihak, seperti yang menjadi tafsir negatif guru-guru selama ini. Purbasangka ini lahir secara alamiah bahkan seperti sebuah aksioma, yang diakibatkan dari pola tetutup yang dikembangkan oleh pihak penyelenggara.

Proses seleksi yang tertutup seperti ini, pada akhirnya sekali lagi, menimbulkan tafsir-tafsir negatif dalam wacana-wacana informal guru , seperti tuduhan adanya KKN dalam penentuan hasil kelulusan. Dan tafsir-tafsir negatif guru-guru ini terus berkembang dari waktu ke waktu seperti snowball, yang liar dan semakin membesar. Dan hal ini tidak mungkin dicegah ataupun diklarifikasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan , yang dalam hal ini adalah pihak panitia seleksi dan juga Dinas Pendidikan Kab. Tasikmalaya selaku penyelenggara, karena wacana ini sudah beredar begitu luas dan lama, dan sepertinya sudah menjadi “ harga mati “ yang ada di benak setiap guru, saat menghadapi pelaksanaan Seleksi Calon Kepala Sekolah.
Lalu, siapa yang dirugikan ? Secara khusus tentu saja pihak Dinas Pendidikan , yaitu berupa terabrasinya kredibilitas dan integritas moral, baik secara personal maupun institusional, di mata para guru dan stake holders lainya. Dan secara umum adalah dunia pendidikan itu sendiri, yang secara konseptual merupakan penyemai benih-benih nilai dan moral mulia pada seluruh masyarakat pendidikan, kini nilai-nilai itu tereduksi pada tingkat yang rendah.

Tulisan reflektif ini, juga merupakan hasil elaborasi hati “ yang gelisah “, dengan konsep-konsep yang pernah Penulis baca serta pengalaman empirik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Clean and good government

Pemerintahan yang baik dan bersih, kini tengah menggelinding menjadi mainstream dalam penyelenggaraan pemerintahan, kali ini tidak hanya berupa diskursus seperti dulu, tapi kini telah menjadi rencana aksi pemerintah, bahkan action, yang didukung oleh segenap elemen masyarakat. Salah satu contoh, reformasi birokrasi di departemen keuangan, selain melakukan renumerasi untuk meningkatkan kesejahteraan pegawainya, tapi juga penegakan hukum yang adil bagi siapa saja yang menyalahgunakan kewenangan dan adanya proses seleksi yang sangat terbuka bagi calon PNS di lingkungan Depkeu. Atau juga, bagaimana institusi polisi berupaya meningkatkan kualitas anggotanya melalui pola rekrutmen anggota kepolisian yang terbuka, bahkan boleh diliput dan dipantau oleh wartawan dan LSM pada semua proses rekrutmenya. Semua contoh di atas , hakekatnya merupakan implementasi dari clean and good government, yang semuanya bersumber pada prinsip-prinsip keterbukaan, transparasi, dan akuntabilitas publik.

Prinsip keterbukaan terkait dengan bagaimana semua tahapan proses rekrutmen bisa di akses oleh semua masyarakat secara mudah dan jelas. Prinsip transparansi terkait dengan bagaimana penetapan hasil yang didasari oleh proses yang betul-betul bisa disaksikan atau di akses oleh siapapun. Prinsip akuntabilitas publik terkait dengan bagaimana proses dan hasil seleksi tersebut, merupakan hasil dari sebuah proses yang bisa dipertanggungjawabkan kepada siapapun, baik secara administratif, maupun moralitas.

Pada proses rekrutmen Calon Kepala Sekolah oleh Dinas Pendidikan maka prinsip-prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas sesungguhnya bisa diterapkan. Dan Dinas Pendidikan sebagai institusi pengejawantah nilai-nilai mulia dunia pendidikan disamping sekolah, seharusnya merupakan institusi pertama yang mengimplementasikan gerakan ini, bukan malah sebaliknya.
Peran Sentral Kepala Sekolah

Otonomi daerah dan otonomi pendidikan di dalamnya, yang sampai pada tingkat sekolah,dimana sekolah mempunyai kewenangan yang luas untuk bisa berkreasi dalam meningkatkan mutu dan kualitas sekolahnya. Kondisi ini, berimplikasi pada figur Kepala Sekolah yang semakin sentral dalam pengelolaan sekolah. Sehingga Kepala Sekolah pada era otonomi pendidikan ini betul-betul dituntut untuk bisa menjadi the agent of school change, yaitu sebagai agen perubahan sekolah yang visioner dan mampu survive dalam menghadapi era globalisasi dan informasi.. Dan tentu saja konsekuensi logisnya, bahwa kepala sekolah haruslah betul-betul figur yang memiliki kompetensi profesional, sosial, personal dan jiwa kepemimpinan yag kuat, serta integritas moral dan keimanan yang “ mumpuni “ agar mampu bertahan bahkan mampu “ mengorkestrasi “ era yang semakin kompetitif dan kompleks ini, beserta akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Pemikiran Penulis, bahwa figur Kepala Sekolah dengan kompetensi profesional, sosial, personal dan kepemimpinan serta integritas moral dan keimanan seperti yang disebutkan di atas, bisa lahir seandainya di awali dari rekrutmen Calon Kepala Sekolah yang baik. Pola rekrutmen kepala sekolah yang baik, yaitu pola rekrutmen yang terbuka, transparan, dan akuntabel. Sehingga dengan pola tersebut, diharapkan terjaring guru-guru yang akan menjadi calon kepala sekolah yang lebih bermutu dan berkualitas serta berahklak yang baik..
Budaya Paternalistik

Budaya paternalistik yang masih berpengaruh kuat pada masyarakat bangsa ini, dimana figur-figur sentral yang berpengaruh menjadi panutan dalam berprilaku masyarakat, bisa merupakan sebuah kekuatan yang hebat bagi terinternalilasinya nilai-nilai pada masyarakat. Dalam hal ini Dinas Pendidikan, yang didalamnya dipenuhi oleh figur-figur sentral yang menjadi anutan bagi kepala sekolah, guru, siswa dan masyarakat sekolah lannya, bisa menggunakan budaya paternalistik ini untuk menyemaikan benih-benih nilai-nilai mulia dunia pendidikan, misalnya kejujuran dan kepercayaan, pada seluruh stake holders pendidikan tersebut.

Rekrutmen Calon Kepala Sekolah yang terbuka , transparan dan akuntabel sesungguhnya tidak hanya berisi seperangkat aturan dan kebijakan yang baik, tapi hakikatnya memuat nilai-nilai mulia pendidikan, misalnya nilai kejujuran dan kepercayaan. Maka Dinas Pendidikan seharusnya, ketika melakukan Seleksi Calon Kepala Sekolah, tidak hanya berdasarkan kebutuhan terhadap kepala sekolah an sich, tapi juga seharusnya berpikir tentang penyemaian nilai-nilai moral dunia pendidikan tesebut melalu kegiatan ini.

Menurut hemat Penulis seandainya ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan, maka , ada dampak yang luar biasa pada pola pengelolaan sekolah secara keseluruhan. Karena ada efek domino disana, dimana para kepala sekolah, guru, siswa serta masyarakat sekolah lainnya akan terinspirasi untuk juga berprilaku yang sama, sesuai dengan wilayah dan kewenangan masing-masing. Dan seandainya prilaku jujur dan dapat dipercaya ini, menjadi budaya di lingkungan pendidikan Kab. Tasikmalaya, maka penulis bisa menjamin dunia pendidikan di Kab. Tasikmalaya akan mengalami akselarasi yang hebat dalam mencapai target-target mutu dan kualitas di bidang pendidikan.
Sedikit Solusi

Bagian terakhir tulisan ini, merupakan antisipasi Penulis agar tidak hanya mampu mengkritik tapi juga ada kemauan untuk menghadirkan sedikit solusi bagi permasalahan tersebut.

Solusi penulis, misalnya : 1). Seandainya ada dana yang cukup maka lembaga independent, bisa dijadikan sebagai alternatif penyelenggara bagi rekrutmen Calon Kepala Sekolah ini, misalnya LPMP dll ; 2). Buat parameter yang jelas tentang kelayakan figur guru yang akan mampu menjadi kepala sekolah yang baik 3). Adanya penjaminan soal tes tidak bocor seratus persen 4). Umumkan hasil kelulusan pada papan terbuka, dengan menyertakan, skor ferivikasi administratif dengan paramater yang telah di buat, dan diketahui oleh semua calon kepala sekolah, cantumkan juga skor tes tulis dan wawancara. 5). Kalaupun ada kebijakan bagi guru berprestasi peringkat pertama, maka buat skor yang besar sehingga dijamin guru tersebut lulus dalam seleksi. 6). Kalau perlu dan ada dananya, adakan psikotes kepemimpinan, sehingga nantinya bisa diprediksi calon kepala sekolah yang lulus seleksi tersebut, memang orang-orang pilihan yang memiliki leadership yang tangguh.

Sesungguhnya masih banyak item-item pelaksanaan seleksi agar memenuhi prinsip-prinsip keterbukaan, transparan dan akuntabel, tapi semuanya kembali lagi pada Dinas Pendidikan beserta jajarannya, yaitu bagaimana Dinas Pendidikan mau menempatkan dan memposisikan Kepala Sekolah sebagai seorang figur pembaharu yang kreatif, inovatif, dan mampu menjadi ujung tombak kemajuan pendidikan di Kabupaten Tasikmalaya serta mampu menjawab tantangan jaman, ataukah hanya menempatkan kepala sekolah sebagai orang-orang yang hanya nunggu perintah ?

Kedua kemauan ini berimplikasi pada pola seleksi, kemauan pertama, akan berakibat pada pola seleksi yang terbuka dengan implikasi nilai-nilai di dalamnya, dan pola budaya yang baik yang akan mengikutinya. Kemauan kedua, pada pola seleksi yang tertutup dengan berbagai implikasinya, dan implikasi yang paling berat yaitu adanya ketidakpercayaan stake holders pendidikan, baik terhadap figur-figur , ataupun secara institusional pendidikan. Kalau sudah hilang kepercayaan, maka mau apalagi yang harus dibanggakan dari dunia pendidikan ?

Tantangan Penulis, punyakah Dinas Pendidikan Kab. Tasikmalaya political will ke arah sana, atau tidak ? Kalau ya, maka kita akan menyaksikan 5 atau 10 tahun kedepan masa depan yang cerah bagi dunia pendidikan di Kab. Tasikmalaya. Kalau tidak, karena masih kuatnya arus pergumulan kepentingan politik dan personal dalam proses Seleksi Calon Kepala Sekolah, seperti yang menjadi tafsir negatif selama ini, maka kita akan pula menyaksikan stagnasi dunia pendidikan kalaupun bukan perlambatan dalam bingkai pesimisme yang akut.

Dan yang pasti, kita pun masih akan terus dan terus mendengar tafsir-tafsir negatif itu berkeliaran dalam wacana-wacana informal guru dan masyarakat, baik di sekolah, di rumah, maupun di warung-warung kopi. Kalau sudah begini, masihkah kita berharap , bahwa dunia pendidikan akan menghasilkan generasi muda yang cerdas dan berakhlak mulia ?

Karangnunggal, Agustus 2008
Tantan Suhartana, M.Pd
Guru SMP Negeri 3 Karangnunggal
( Magister pada konsentrasi
Value Education UPI Bandung )